Sabtu, 04 Oktober 2014

Dibalik Kunci Kesuksesan dalam Berwirausaha

Kisah Sukses Cak Eko Pengusaha “Bakso Malang Kota – Cak Eko”




Inilah sekilas cerita sukses Cak Eko. Pengusaha muda berusia 35 tahun ini berbagi pengalaman jatuh bangunnya dalam berwirausaha. Ketika berumur 23 tahun, waktu itu adalah awal mula dia terjun dalam bidang usaha. Pertama, dia pernah berbisnis handphone. Tidak sempat berjalan lama dan gagal. Faktor yang menyebabkan kegagalan di bidang seluler ini kata dia antara lain tidak fokus, tidak mampu menguasai pasar. Kedua, dia mencoba peruntungan usaha di bidang agribisnis. Namun mengalami kegagalan. Penyebab kegagalannya ternyata mendasar sekali, yaitu tidak menguasai ilmunya. Ketiga, seorang Cak Eko juga pernah terjun dalam bisnis busana, namun kembali mengalami kegagalan. Penyebab kegagalannya adalah kurang mempelajari situasi dan kondisi pasar yang sedang terjadi, kurang memiliki rasa percaya diri, dan tidak mampu bersaing dalam hal marketingnya. Keempat, dia pernah menggeluti usaha kerajinan. Berbagai kerajinan diproduksinya, namun lagi-lagi ia harus menerima pil pahit alias gagal. Penyebabnya adalah belum mengetahui segmentasi pasar, hanya mengikuti kata hatinya yang tertarik untuk melakukan ekspor dan tidak mempelajari betul bagaimana caranya menembus pasar ekspor. Menurut penuturannya dia pernah sepuluh kali mengalami kegagalan dalam membangun usaha, sehingga selain itu ada enam jenis usaha lain yang pernah digelutinya dan mengalami kegagalan. Namun, dia adalah seseorang dengan tipe pekerja keras dan pantrang menyerah. Setiap kali jatuh dan gagal, ia terus bangkit, tidak tinggal diam, berusaha menciptakan usaha baru dengan semangat yang tetap. Dalam benaknya, dia harus terus maju, besar, dan dapat membuka lapangan kerja bagi orang lain. Awal tahun 2006, ia mulai tertarik untuk berbisnis bakso. Ketertarikannya bermula dari sebuah bandara, ia melihat sebuah gerai yang dikerumuni banyak orang dan tentunya laku keras. Namun dalam bayangannya ia dihadapkan pada masalah permodalan, di bandara itu kira-kira diperlukan tiga ratus juta untuk menyewa sebuah gerai. Kendala lainnya adalah dia tidak bisa membuat bakso. Untuk kendala yang kedua ini nampaknya tidak terlalu sulit bagi dia untuk mengatasinya. Dia pergi ke Surabaya dengan maksud ingin mempelajari bagaimana proses pembuatan bakso. Disana, ia menyuruh seorang kerabatnya untuk mencarikan orang yang biasa membuat bakso. Setelah dipertemukan dengan si pembuat bakso, ia belajar selama sehari suntuk. Setelah itu, ia kembali ke Jakarta dan melakukan eksperimen selama 3 bulan. Setelah 3 bulan bereksperimen, akhirnya ia menemukan formula kering. Meski demikian, ia sempat ragu akan bakso buatannya itu. Ia pun membawa bakso buatannya tersebut untuk dicobakan kepada teman-temannya. Dia tidak menyebutkan tester baksonya itu buatan dia sendiri, ia mengatakan pada teman-temannya bahwa bakso tersebut adalah membeli dari orang lain. Namun apa yang terjadi, setelah dicoba ternyata bakso tersebut diakui teman-temannya lezat sekali, bahkan ada salah seorang temannya minta no hp si pembuat bakso (yang padahal dirinya) karena minggu depan ada acara besar katanya. Betapa terkejutnya Cak Eko waktu itu, betapa tidak, bakso buatannya itu terpakai dan bahkan temannya tadi ingin membeli dalam jumlah banyak karena kelezatannya itu. Akhirnya dia mengaku bahwa bakso tersebut adalah hasil jerih payahnya selama tiga bulan. Dia mulai percaya diri dan yakin bahwa bakso buatannya itu harus segera dikomersialkan. Setelah mulai berjalan, ternyata dia tidak puas dengan penghasilannya pada saat itu. Dia membuka cabang di Tamrin Square, Bekasi. Kemudian membuka cabang ketiganya di Surabaya. Dia cukup lelah dengan membuka beberapa cabang baru usaha baksonya itu. Dia berfikiran ‘kapan dapat menikmati hasilnya’. Akhirya dia memutuskan untuk membangun pola usaha kemitraan. Dengan cara yang unik, banyak orang yang ingin bermitra dengannya. Lalu, dia mendirikan tempat produksi di Surabaya. Tujuannya agar mempermudah memasok ke Indonesia bagian timur. Pada suatu ketika, dia berfikir bagaimana caranya agar baksonya itu dikenal banyak orang khususnya di Indonesia. Jika harus pasang iklan di Media, memerlukan biaya yang tak sedikit jumlahnya. Ia memutar kembali otaknya, bagaimana caranya baksonya bisa dikenal banyak orang dengan biaya yang rendah bahkan tanpa biaya. Dibuatlah sebuah tulisan sederhana yang menceritakan profil usaha dan bagaimana dia jatuh bangun dalam usahanya, kemudian dia menceritakan bagaimana ia mengatur usaha baksonya dengan semangat yang besar. Mulai buka toko baksonya pukul 9 pagi, namun persiapannya dimulai sejak pukul 3 dini hari dan pulang ke rumah pukul 10 malam, setelah di rumah ia mengevaluasi kualitas bakso dan keuangannya selama dua jam, sehingga dia hanya tidur selama 3 jam saja. Tulisannya itu dikirim ke 10 media nasional. Dari 10 yang dikirimnya, ia berharap 1 saja  mau menerima dan memuatnya. Diluar dugaan, ternyata ada 3 majalah terkenal yang berkenan mengekspos profil usahanya itu. Pada bulan agustus 2006, ketiga majalah tersebut menampilkan profil usahanya. Melalui pendekatan media itulah ia diuntungkan dalam hal promosi, selain dikenal banyak orang juga promosinya tersebut tanpa mengeluarkan uang sepeser pun alias gratis. Setelah dimuat dalam media, banyak orang mengetahui usaha baksonya dan banyak juga yang menawarkan untuk bermitra, terutama dari Indonesia bagian timur seperi Kupang dan Makasar. Meskipun demikian, ia tidak hanya berfikir bagaimana membangun kemitraan saja, tapi bagaimana dia harus mengatur sarana, modal dan sumberdaya manusianya.
Beliau juga berbagi kiat-kiat dibalik kesuksesan usaha yang dimilikinya:
  1. Cari mitra atau teman, setelah banyak baru memikirkan Pembuatan CV atau PT.
  2. Memanajeri perusahaan oleh diri sendiri, jangan sibuk mencari manajer, kita lebih tahu usaha yang kita lakukan.
  3. Jangan gengsi dan jangan mengedepankan formalitas usaha.
  4. Jangan terpancing bahwa usaha itu harus segera mendapatkan hasil, sehingga terlalu memaksakan diri dengan cara berhutang.
  5. Sebisa mungkin kita mengembangakan usaha dari omset yang ada, jangan tergiur untuk berhutang, apalagi dengan bunga yang tinggi, terlalu berisiko.
  6. Pilihlah mitra yang baik, carilah seperti kita mencarai pasangan hidup. Pelajari karakter, kepribadian, visi dan tanggungjawabnya. Samakan mimpi kita dengan mimpi mitra, jangan sampai terjadi simpang siur.
  7. Jangan berfikir yang enaknya saja. Untuk mahasiswa ada mata kuliah kewirausahaan, manfaatkan dan pelajari sebaik mungkin.
  8. Buatlah konsep usaha yang jelas dalam bentuk proposal atau secara tertulis lainnya.
  9. Mulailah suatu usaha di lingkungan sekitar, mengidentifikasi apa yang dibutuhkannya.
  10. Mulailah dari usaha kecil-kecilan.
  11. Buatlah branding atau merk yang unik dan menarik, karena hal tersebut berpengaruh terhadap imaje masyarakat/konsumen.
  12. Tolak mitos bahwa usaha kita itu berawal dari bakat keluarga.
  13. Banyak belajar dari orang-orang sukses, baca biografi mereka.
  14. Camkan dalam diri kita “saya harus bisa” karena apa yang kita pikirkan itulah yang akan kita dapatkan.
  15. Miliki energi positif dan keyakinan yang kuat.
  16. Mengikuti ajang atau lomba kewirausahaan.
         Itulah sedikit cerita singkat dan kiat-kiat usaha  Cak Eko yang kini tengah menempuh pendidikan S2 Manajemen Proyek di Universitas Indonesia. Beliau juga telah banyak memperoleh penghargaan, diantaranya dari Bank Mandiri, Bisnis Indonesia dan lain-lain. Semoga kisah sukses ini bisa menjadi motivasi khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca untuk lebih yakin, giat dan semangat dalam berwirausaha.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar