Inilah sekilas cerita sukses Cak
Eko. Pengusaha muda berusia 35 tahun ini berbagi pengalaman jatuh bangunnya
dalam berwirausaha. Ketika berumur 23 tahun, waktu itu adalah awal mula dia
terjun dalam bidang usaha. Pertama, dia pernah berbisnis handphone. Tidak
sempat berjalan lama dan gagal. Faktor yang menyebabkan kegagalan di bidang
seluler ini kata dia antara lain tidak fokus, tidak mampu menguasai pasar. Kedua,
dia mencoba peruntungan usaha di bidang agribisnis. Namun mengalami kegagalan.
Penyebab kegagalannya ternyata mendasar sekali, yaitu tidak menguasai ilmunya.
Ketiga, seorang Cak Eko juga pernah terjun dalam bisnis busana, namun kembali
mengalami kegagalan. Penyebab kegagalannya adalah kurang mempelajari situasi
dan kondisi pasar yang sedang terjadi, kurang memiliki rasa percaya diri, dan
tidak mampu bersaing dalam hal marketingnya. Keempat, dia pernah menggeluti
usaha kerajinan. Berbagai kerajinan diproduksinya, namun lagi-lagi ia harus
menerima pil pahit alias gagal. Penyebabnya adalah belum mengetahui segmentasi
pasar, hanya mengikuti kata hatinya yang tertarik untuk melakukan ekspor dan
tidak mempelajari betul bagaimana caranya menembus pasar ekspor. Menurut
penuturannya dia pernah sepuluh kali mengalami kegagalan dalam membangun usaha,
sehingga selain itu ada enam jenis usaha lain yang pernah digelutinya dan
mengalami kegagalan. Namun, dia adalah seseorang dengan tipe pekerja keras dan
pantrang menyerah. Setiap kali jatuh dan gagal, ia terus bangkit, tidak tinggal
diam, berusaha menciptakan usaha baru dengan semangat yang tetap. Dalam
benaknya, dia harus terus maju, besar, dan dapat membuka lapangan kerja bagi
orang lain. Awal tahun 2006, ia mulai tertarik untuk berbisnis bakso.
Ketertarikannya bermula dari sebuah bandara, ia melihat sebuah gerai yang
dikerumuni banyak orang dan tentunya laku keras. Namun dalam bayangannya ia
dihadapkan pada masalah permodalan, di bandara itu kira-kira diperlukan tiga
ratus juta untuk menyewa sebuah gerai. Kendala lainnya adalah dia tidak bisa
membuat bakso. Untuk kendala yang kedua ini nampaknya tidak terlalu sulit bagi
dia untuk mengatasinya. Dia pergi ke Surabaya dengan maksud ingin mempelajari
bagaimana proses pembuatan bakso. Disana, ia menyuruh seorang kerabatnya untuk
mencarikan orang yang biasa membuat bakso. Setelah dipertemukan dengan si
pembuat bakso, ia belajar selama sehari suntuk. Setelah itu, ia kembali ke
Jakarta dan melakukan eksperimen selama 3 bulan. Setelah 3 bulan bereksperimen,
akhirnya ia menemukan formula kering. Meski demikian, ia sempat ragu akan bakso
buatannya itu. Ia pun membawa bakso buatannya tersebut untuk dicobakan kepada
teman-temannya. Dia tidak menyebutkan tester baksonya itu buatan dia sendiri,
ia mengatakan pada teman-temannya bahwa bakso tersebut adalah membeli dari
orang lain. Namun apa yang terjadi, setelah dicoba ternyata bakso tersebut diakui
teman-temannya lezat sekali, bahkan ada salah seorang temannya minta no hp si
pembuat bakso (yang padahal dirinya) karena minggu depan ada acara besar
katanya. Betapa terkejutnya Cak Eko waktu itu, betapa tidak, bakso buatannya
itu terpakai dan bahkan temannya tadi ingin membeli dalam jumlah banyak karena
kelezatannya itu. Akhirnya dia mengaku bahwa bakso tersebut adalah hasil jerih
payahnya selama tiga bulan. Dia mulai percaya diri dan yakin bahwa bakso
buatannya itu harus segera dikomersialkan. Setelah mulai berjalan, ternyata dia
tidak puas dengan penghasilannya pada saat itu. Dia membuka cabang di Tamrin
Square, Bekasi. Kemudian membuka cabang ketiganya di Surabaya. Dia cukup lelah
dengan membuka beberapa cabang baru usaha baksonya itu. Dia berfikiran ‘kapan
dapat menikmati hasilnya’. Akhirya dia memutuskan untuk membangun pola usaha
kemitraan. Dengan cara yang unik, banyak orang yang ingin bermitra dengannya.
Lalu, dia mendirikan tempat produksi di Surabaya. Tujuannya agar mempermudah
memasok ke Indonesia bagian timur. Pada suatu ketika, dia berfikir bagaimana
caranya agar baksonya itu dikenal banyak orang khususnya di Indonesia. Jika
harus pasang iklan di Media, memerlukan biaya yang tak sedikit jumlahnya. Ia
memutar kembali otaknya, bagaimana caranya baksonya bisa dikenal banyak orang
dengan biaya yang rendah bahkan tanpa biaya. Dibuatlah sebuah tulisan sederhana
yang menceritakan profil usaha dan bagaimana dia jatuh bangun dalam usahanya,
kemudian dia menceritakan bagaimana ia mengatur usaha baksonya dengan semangat
yang besar. Mulai buka toko baksonya pukul 9 pagi, namun persiapannya dimulai
sejak pukul 3 dini hari dan pulang ke rumah pukul 10 malam, setelah di rumah ia
mengevaluasi kualitas bakso dan keuangannya selama dua jam, sehingga dia hanya
tidur selama 3 jam saja. Tulisannya itu dikirim ke 10 media nasional. Dari 10
yang dikirimnya, ia berharap 1 saja mau menerima dan memuatnya. Diluar
dugaan, ternyata ada 3 majalah terkenal yang berkenan mengekspos profil
usahanya itu. Pada bulan agustus 2006, ketiga majalah tersebut menampilkan
profil usahanya. Melalui pendekatan media itulah ia diuntungkan dalam hal
promosi, selain dikenal banyak orang juga promosinya tersebut tanpa
mengeluarkan uang sepeser pun alias gratis. Setelah dimuat dalam media, banyak
orang mengetahui usaha baksonya dan banyak juga yang menawarkan untuk bermitra,
terutama dari Indonesia bagian timur seperi Kupang dan Makasar. Meskipun
demikian, ia tidak hanya berfikir bagaimana membangun kemitraan saja, tapi
bagaimana dia harus mengatur sarana, modal dan sumberdaya manusianya.
Beliau juga berbagi kiat-kiat dibalik kesuksesan usaha
yang dimilikinya:
- Cari mitra atau teman, setelah banyak baru memikirkan Pembuatan CV atau PT.
- Memanajeri perusahaan oleh diri sendiri, jangan sibuk mencari manajer, kita lebih tahu usaha yang kita lakukan.
- Jangan gengsi dan jangan mengedepankan formalitas usaha.
- Jangan terpancing bahwa usaha itu harus segera mendapatkan hasil, sehingga terlalu memaksakan diri dengan cara berhutang.
- Sebisa mungkin kita mengembangakan usaha dari omset yang ada, jangan tergiur untuk berhutang, apalagi dengan bunga yang tinggi, terlalu berisiko.
- Pilihlah mitra yang baik, carilah seperti kita mencarai pasangan hidup. Pelajari karakter, kepribadian, visi dan tanggungjawabnya. Samakan mimpi kita dengan mimpi mitra, jangan sampai terjadi simpang siur.
- Jangan berfikir yang enaknya saja. Untuk mahasiswa ada mata kuliah kewirausahaan, manfaatkan dan pelajari sebaik mungkin.
- Buatlah konsep usaha yang jelas dalam bentuk proposal atau secara tertulis lainnya.
- Mulailah suatu usaha di lingkungan sekitar, mengidentifikasi apa yang dibutuhkannya.
- Mulailah dari usaha kecil-kecilan.
- Buatlah branding atau merk yang unik dan menarik, karena hal tersebut berpengaruh terhadap imaje masyarakat/konsumen.
- Tolak mitos bahwa usaha kita itu berawal dari bakat keluarga.
- Banyak belajar dari orang-orang sukses, baca biografi mereka.
- Camkan dalam diri kita “saya harus bisa” karena apa yang kita pikirkan itulah yang akan kita dapatkan.
- Miliki energi positif dan keyakinan yang kuat.
- Mengikuti ajang atau lomba kewirausahaan.
Itulah sedikit cerita singkat dan kiat-kiat
usaha Cak Eko yang kini tengah menempuh pendidikan S2 Manajemen Proyek di
Universitas Indonesia. Beliau juga telah banyak memperoleh penghargaan,
diantaranya dari Bank Mandiri, Bisnis Indonesia dan lain-lain. Semoga kisah
sukses ini bisa menjadi motivasi khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca untuk lebih yakin, giat dan semangat dalam berwirausaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar